Ultron, Kesempurnaan Dari Ketidaksempurnaan Yang Indah


Ultron

Superhero. Darimana kita melihat seorang superhero adalah superhero? Tentu saja kita melihat seorang superhero adalah dari sudut pandang atau perspektif kita, tidak akan pernah dari perspektif orang lain. Sementara orang yang menjadi lawan dari superhero yang biasa kita sanjung akan kita sebut sebagai supervillain. Bagaimana jika kita berada dalam perspektif orang lain, dari sudut pandang yang benar-benar sama sekali bertolak belakang. Superhero kita adalah supervillain.

Karena terlalu percaya pada perspektif yang kita miliki, dengan segala kenaifan kita percaya bahwa superhero kita adalah para pahlawan yang layak disanjung. Segala kenaifan yang membuat kita percaya bahwa superhero kita adalah penyelamat dunia. Barangkali demikian adanya pemikiran yang ada di dalam diri Ultron, dengan segala kenaifan antitesisnya mengganggap Avenger, superhero yang biasa kita puja adalah justru penghancur dunia. Dari perspektif dirinya, Ultron menganggap dirinya sebagai pahlawan dan Avenger adalah musuh yang harus diberantas.

Dengan menganggap dirinya sebagai pahlawan yang ingin membuat dunia menjadi lebih baik dengan menghancurkannya, Ultron menganggap para Avenger yang ingin berjuang menyelamatkan dunia adalah musuh. Untuk dunia baru dapat dibangun, maka dunia yang kini kita tempati haruslah dihancurkan terlebih dahulu. Ultron menganggap dunia ini terlalu dipenuhi dengan kekacauan.

Pertarungan Avenger melawan Ultron bukanlah sebuah pertarungan antara kebaikan melawan kejahatan semata. Dengan perspektif diatas, Avenger melawan Ultron menjadi pertempuran sebuah perspektif. Ultron menganggap dirinya sebagai sumber kebaikan bagi dunia yang baru, dunia yang akan datang. Sementara Avenger menganggap Ultron sebagai sumber kejahatan yang harus dibasmi. Perbedaan perspektif inilah yang membuat dunia akan selalu menjadi tempat yang kacau dan penuh dengan ancaman peperangan. Baik dalam dunia yang ditempati oleh Avenger, ataupun dunia nyata tempat kita berada.

Pertarungan Avenger melawan Ultron juga merupakan sebuah bentuk keinginan manusia paling primitif, untuk selalu berubah menjadi lebih baik dengan melakukan evolusi. Kita haus akan sebuah kesempurnaan. Dan karenanya pertempuran Avenger melawan Ultron menjadi keindahan ketidaksempurnaan dari sebuah kesempurnaan. Menjadi indah sekaligus tragis pada saat yang bersamaan.

Menjadi indah karena itulah keinginan hakiki setiap makhluk hidup, yakni untuk menjadi lebih baik daripada sebelumnya. Menjadi tragis, karena keinginan Ultron adalah untuk menghabisi Avenger yang merupakan pencipta dari Ultron. Bukan seperti manusia menentang Tuhan, tetapi seperti mesin menentang manusia. Tragis karena Ultron seharusnya memandang dari perspektif Avenger, tetapi ia malah melihat Avenger dalam perspektifnya.

Kekacauan dalam perspektif inilah membuat keteraturan seolah berhak mendapatkan tempat yang paling mulia. Manusia merasa bisa mengendalikan kekacauan untuk menciptakan keteraturannya. Ultron mungkin saja takkan memahami apa yang disampaikan oleh Vision.

Colek Saya di @RojiHasan dan Fakhrurroji Hasan

Leave a comment