Sharing Economy part 1 : Revolusi Pada Era Ekonomi Digital


Ekonomi 1

Dunia telah mengalami berbagai sistem ekonomi. Dimulai dari sistem ekonomi pasca revolusi Prancis hingga era ekonomi modern sampai dengan ditemukannya internet. Kemudian muncul konsep Sharing Economy dimana seseorang bisa menjadi konsumen dan produsen pada saat yang bersamaan. Lebih jelasnya, makhluk apakah Sharing Economy itu, sahabat saya Adrian Wijanarko mengulasnya secara rinci.

Oleh Adrian Wijanarko

Revolusi Prancis : Sebuah Perubahan Radikal Terhadap Sistem Yang Usang

Ekonomi 2

Pada tahun pertengahan 1700-an hingga awal 1800-an, Revolusi Perancis mampu mengubah sejarah modern di dunia. Dengan di dorong tingkat ekonomi rakyat yang tidak semakin membaik, mendorong sebuah gerakan yang sangat besar. Perubahan secara garis besar mengganti wajah monarki absolut yang dipimpin oleh Raja Louis XVI yang sebagai kepala pemerintahan negara yang absolut. Revousi Perancis juga menunjukkan betapa kuat nya kekuatan rakyat yang mayoritas dengan sebesar 98% untuk melawan golongan otoriktrat kerajaan sebesar 2% mengontrol seluruh keputusan kepemerintahan. Dan hasilnya adalah kejatuhan pada pemimpin monarki dan menjadikan Perancis negara yang demokrasi, by the people for the people

Era Ekonomi Modern

Ekonomi 4

Pada saat ini, situasi perekonomian secara makro hampir menyerupai era pra- revolusi perancis. Dalam konteks ekonomi, hanya bebearapa jumlah golongan pengusaha yang menikmati keuntungan dari sistem ekonomi modern. Sistem ekonomi modern saat mengajarkan tentang perusahaan harus mensejahterakan shareholder nya. Dengan justifikasi with great risk come great margin, sekelompok orang tertentu memanfaatkan sistem ekonomi modern tersebut untuk memperkaya diri nya sendiri.

Sedangkan untuk mayoritas? Para pekerja yang bekerja di perusahaan yang di miliki oleh pengusaha. Nasib nya tidak begitu sebaik para pemilik perusahaan. Di saat umur produktif, karyawan kelas ekonomi rendah yang mayoritas sangat besar harus berjuang untuk mendapatkan pekerjaan dari kompetisi yang sangat kejam. Untuk karyawan ekonomi menengah mungkin menikmati keuntungan bekerja di perusahaan pada saat umur produktif. Namun, pada saat umur yang tidak produktif mereka harus di pusingkan dengan biaya pensiun yang tidak dapat menutupi kebutuhan mereka. Sedangkan kecil para karyawan ekonomi tinggi mendapatkan gain atas pendidikan mereka dengan keuntungan ekonomi. Hal itu tentunya sudah menjadi rahasia umum dan momok untuk karyawan yang bekerja di dalam perusahaan. Tidak hanya di dalam negeri saja, namun juga luar negeri. Belum lagi adalah resiko pemecatan yang bisa sewaktu-waktu datang.

Sayangnya, kelas ekonomi tersebut sifat nya berulang ulang. Menurut Anies Baswedan, Menteri Pendidikan Republik Indonesia, cara untuk memutus ‘lingkaran setan’ tersebut adalah dengan pendidikan. Beruntung saya sebagai mahasiswa alumni Paramadina dapat mengenal pemikiran yang dibawa Aneis sejak beliau menjadi rector di Paramadina. Namun sifat dari perubahan melalui pendidikan adalah long-term. Ketika di dalam satu keluarga, menyekolahkan anaknya sampai pendidikan yang lebih tinggi berarti keuntungan dari upgrading pendiddikan adalah lintas generasi.

Hadiah Terbaik Yang Dipersembahkan Era Modern : Internet dan Kelahiran Ekonomi Digital

Ekonomi 3

Di awal tahun 2000 an Internet mulai menjadi salah satu bagian kita yang tidak dapat di pisahkan. Walau pertama kali diciptakan pada tahun 1962 dan langsung diperuntukkan untuk keperluan pertahanan Amerika Serikat, perjalanan internet menjadi sangat krusial dengan menghasilkan sistem ekonomi digital.

Apakah anda pernah mendengar Silicon Valley (SV) di Amerika Serikat. Bayangkan ‘produk’ yang di hasilkan SV untuk ekonomi dalam negeri Amerika Serikat. Google, Apple dan Cisco adalah salah satu sedikit perusahaan yang lahir di SV. Mereka lahir sejalan dengan berkembangnya internet. Perusahaan teknologi menyumbang paling besar ekonomi di Amerika Serikat menggantikan manufaktur yang sudah mulai pindah ke China. Sifat internet yang borderless menjadikan target pasar mereka tidak hanya di dalam Amerika Serikat saja, namun dunia. Namun kembali kelahiran perusahaan teknologi ini adalah masih sama dengan era ekonomi modern. Yakni masih di pimpin oleh shareholder dan bertujuan untuk mensejahterkan shareholder saja.

Keunikan dari sistem ekonomi ini, hampir sebagian besar sifat bisnis perusahaan yang menggelutinya adalah jenis komuditas produksi nya tidak lagi di dominasi oleh barang (goods). Dengan memaksimalkan koneksi yang di miliki oleh internet, perusahaan perusahaan di SV mampu mendobrak mindset tentang sebuah perusahaan menjalankan bisnisnya.

Namun ekonomi Amerika Serikat tidak ‘ketiban durian runtuh’ ketika diselamatkan oleh perusahaan SV. Proses terbentuknya SV adalah sebuah jalan panjang. Proses tersebut membutuhkan banyak aspek. Infrastruktur telekomunikasi yang memadai, pendidikan yang sangat baik dan juga faktor stabilitas politik di dalamnya. Lawatan Presiden Jokowi pada 2 bulan lalu ke Amerika Serikat menyatakan keseriusan Indonesia dalam berkecimpung di jenis sistem ekonomi ini. Hal tersebut dapat dilihat dari Presiden menjadwalkan untuk bertemu bos-bos SV dan mencoba mempengaruhi para CEO untuk menamkan investasi ke dalam negeri.

Apakah Indonesia potensial untuk pasar ekonomi digital? Sangat lah besar. Dengan luas negara yang sampai dengan 5.193.250 km2 dengan jumlah penduduk yang juga berlimpah, Indonesia adalah calon yang sangat ‘seksi’ untuk semua jenis industri. Dengan era digital economy ini bayangkan saja, kita dapat menghubungkan dari Sabang sampai Marauke menjadi jenis kesatuan pasar yang tunggal. Sifat digital economy yang borderless dapat mempersatukan Indonesia yang sangat luas ini. Yang di perlukan adalah listrik yang cukup dan infrastruktur telekomunikasi untuk connect ke internet. Namun inftrastruktur telekoomunikasi tidak murah. Untuk Indonesia masuk ke dalam pemain jenis industry ini tidak hanya sekedar menjadi pasar, juga perlu jalan yang panjang.

Makhluk Sejenis Apakah Itu Sharing Economy? 

FLAT concepts 7

Saya sebelumnya telah mempelajari beberapa jurnal, artikel sampai dengan lecturer tentang munculnya sebuah ide tentang sharing economy. Sharing economy adalah sistem ekonomi modern baru yang bersifat peer to peer. Apa itu peer to peer? Artinya individu bisa menjadi konsumen sekaligus produsen bagi individu lainnya.

Apa yang membedakan sharing economy dengan jenis ekonomi lainnya? Bahwa faktanya semua orang bisa menghasilkan uang sendiri atas asset yang sudah anda miliki. Secara pengertian akademis, sharing economy is an economic model in which is individual are able to borrow or rent asset owned by someone else. Bayangkan dengan sistem ekonomi ini kita dapat meningkat utilisasi asset secara maksimal. Semua sharing economy membutuhkan internet untuk menpertemukan suppy dan demand. Karena internet sifatnya borderless, supply dan demand dapat bertemu dengan bebas dari seluruh penjuru dunia.

Contoh mudah nya. Saya punya DVD serial Walking Dead Episode 1. Serial ini keluar pada tahun 2010. Saya tinggal di Jakarta saat ini. Mungkin serial ini bisa saya tonton 4-5 kali sampai akhirnya saya merasakan bosan. Daripada DVD saya di tumpuk di rak kamar tidak ditonton, saya lebih baik mengoptimalkan asset saya yakni DVD tersebut. Katakan Boni tinggal di Bandung. Dan dia baru merasakan hype serial walking dead akhir akhir ini saja, dan berkeinginan untuk menikmati semua episode dari awal. Dengan mengesampingkan, streaming dan download di internet karena sifatnya illegal, Boni hanya ada dua pilihan. Membeli atau menyewa DVD serial Walking Dead Episode 1. Dengan mengakses internet dan memanfaatkan sistem sharing economy, supply dan demand akhirnya dipertemukan. Supply saya yakni punya asset DVD walking dead dan demand Boni yakni ingin menonton serial walking dead.

Secara simple, sharing economy dapat memotong kebutuhan kita terhadap kebutuhan yang kita perlukan tanpa harus membeli barang/jasa untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Dengan internet, individu dapat dipertemukan supply dan demand nya. Dan tentunya, saya bisa meng-utilisasikan asset saya secara maksimal sehingga tidak terjadi waste.

Contoh bentuk kompleks lagi adalah Netflix. Dengan adanya Netflix, Boni bisa menonton serial walking dead tanpa harus membeli kaset DVD nya. Ketika Boni ingin menonton serial walking dead, Boni harus ‘dipaksa’ untuk membeli kaset DVD nya. Secara kasar mungkin bentuk digital serial walking dead di jual hanya Rp 20.000. Namun digital serial walking dead ini harus di bundling dengan kaset DVD yang bernilai Rp 30.000. Jadi Boni harus mengeluarkan Rp 50.000 untuk memenuhi kebutuhan menonton serial walking dead, yang sebenarnya bisa di beli dengan harga Rp 20.000.

Kembali dengan sharing economy, costumer mempunyai pilihan untuk bagaimana memenuhi kebutuhan yang ada. Anda bisa menikmati kebutuhan yang anda butuhkan secara langsung tanpa ada embel-embel yang ada.

Tidak hanya Netflix, contoh produk lainnya adalah AirBnb dimana anda bisa menikmati bermalam di tempat asset milik orang lain, tanpa harus membeli jasa jasa lain nya yang di tawarkan oleh hotel. Selain itu Uber. Di mana anda bisa memenuhi kebutuhan anda berpergian dari tempat A ke tempat B dengan menaiki mobil, tanpa anda harus memiliki mobil.

Hal ini tentunya berdampak buruk bagi perusahaan. Penjualan perusahaan dapat menurun secara signifikan. Karena sistem sharing economy lebih untuk memilih meng-utilisasi asset yang sudah ada tanpa harus membeli lagi. Tidak main main, perusahaan sebear Audi dan Hilton Group terkena langsung dampak yang di hasilkan trend ekonomi baru ini.

Jadi jika anda perhatikan, sharing economy benar benar mengubah pandangan anda tentang produk, jasa, bagaimana perusahaan menjalankan bisnisnya, dan sebagainya. Pada dasarnya sharing economy adalah seperti revolusi perancis di awal saya jelaskan. Sistem ini seperti sebuah perlawanan sebuah mayoritas tehadap minoritas yang menikmati keuntungan yang di dapatkan dari sistem ekonomi modern.

Perlu digaris bawahi, setiap era akan mengalami perubahan. Tidak semua perubahan itu buruk dan tidak semua perubahan itu baik. Saya tahu dengan jelas seberapa potensial nya sistem ekonomi ini. Namun saya tidak bisa mempredisi apakah sharing economy dapat di terapkan menggantikan sistem yang lama. Namun apa pun itu, saya dan anda harus mempelajari sebuah perubahan tersebut. Dan kalau saja perubahan nya benar-benar terjadi, setidaknya anda menjadi sekelompok orang pertama yang siap dengan perubahan.

Nantikan tulisan selanjutnya yang akan membahas dampak yang sangat signifikan, keuntungan dan kekurangan dari sharing economy, contoh yang sudah sangat signifikan yang sudah anda rasakan tentang sharing economy dan tantangan tantangan yang di hadapi oleh sistem ini.

 

Adrian Wijanarko, karyawan project CDIT Unilever, pecinta film, traveling dan writing. Bisa ditemui di @WijanarkoAdrian

5 thoughts on “Sharing Economy part 1 : Revolusi Pada Era Ekonomi Digital

  1. saya itoh, kebetulah sedang meneliti tentang sharing ekonomi, boleh tau link jurnal yang berhubungan dengan sharing ekonomi

    Like

    1. Dear Itoh

      Ada berbagai banyak rujukan yang berhubungan dengan sharing economy. Saya sarankan untuk mencoba membaca buku Rachel Botsman & Rogers, R. tahun 2011 dengan judul What’s Mine Is Yours: How collaborative consumption is changing the way we live.

      Untuk jurnal ada berbagai banyak jurnal yang bisa dijadikan rajukan. Key word yang dapat di cari bisa menggunakan sharing economy di mesin pencari google atau collaborative consumption.

      Like

Leave a comment